Makalah PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Selasa, 07 Januari 2014
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Perencanaan atau biasa dikenal dengan
Istilah Planning merupakan salah satu
aspek dalam manajemen yang sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal. Perencanaan adalah sesuatu yang
penting sebelum melakukan sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting
karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang
ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah
jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan disusun dengan
baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin
menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga
dalamperencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya
untuk mengarahkan segala kegiatan
untuk meraih tujuan.[1]
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dipahami perencanaan menentukan berhasil tidaknya
suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik
cenderung gagal.Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada
perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.
Hal tersebut juga
berlaku dalam sebuah lembaga, seperti lembaga pendidikan, lebih khusus lembaga
pendidikan Islam. Lembaga pendidikan yang tidak mempunyai perencanaan yang baik
akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas posisi perencanaan
dalam sebuah lembaga.
Untuk memperlancar
jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan perencanaan akan
mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan
lembaga itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Yang
Dimaksud Dengan Perencanaan ?
2.
Apa Saja
Unsur Dan Syarat Perencanaan ?
3. Apa Ciri-Ciri Perencanaan Lembaga Pendidikan
Islam ?
4. Bagaimana Rencana Strategi Dalam Lembaga
Pendidikan Islam ?
1.3
Tujuan Masalah
1.
Untuk
Mengetahui Apa Itu Perencanaan ?
2.
Untuk
Mengetahui Apa Saja Unsur – Unsure Dan Syarat Perencanaan ?
3.
Untuk
Mengetahui Apa Saja Ciri – Cirri Lembaga Pendidikan Islam ?
4.
Untuk
Mengetahui Strategi Dalam Lembaga Pendidikan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian perencanaan
Pengertian
perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan
lainnya. Cuningham menyatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan
datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan,
urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat
diterima dan digunakan dalam penyelesaian.[2] Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan
kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa
yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Definisi
lain menyatakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang
dengan bagaimana seharusnya yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan,
prioritas, program,dan alokasi sumber.[3]
Perencanaan
mempunyai makna yang komplek, perencanaan didefinisikan dalam berbagai bentuk
tergantung dari sudut pandang, latar belakang yang mempengaruhinya dalam
mendefinisikan pengertian perencanaan. Di antara definisi tersebut adalah
sebagai berikut: Menurut prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu,
oleh siapa, dan bagaimana. Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan
dalam arti luas adalah proses memprsiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad
Fakri perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan
dapat juga dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan.[4] Dari kutipan tersebut dapat dianalisis bahwa dalam menyusun perencanaan perlu
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, adanya kegiatan,
proses yang sistematis, hasil dan tujuan tertentu.
Kaufman
mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan secara sah dan berdaya guna.[5] Dari pendapat Kaufman tersebut dapat dipahami bahwa
perencanaan merupakan sesuatu yang menjadi keperluan dalam sebuah system untuk
mendukung tercapainya tujuan. Tidak itu saja selain mendukung tercapainya
tujuan suatu system maupun lembaga perencanaan yang dipersiapkan hendaknya
bermanfaat secara aplikasi, dan lebih penting adalah dikerjakan dan disusun
berdasarkan kepatutan serta tidak melanggar norma yang berlaku.Menurut Kaufman
dalam perencanaan mengandung elemen-elemen sebagai berikut, pertama
mengindentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan. Kedua, menentukan
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas.Ketiga, memperinci spesifikasi
hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang dipioritaskan.Keempat,
mengidentifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap alternatif.Kelima,
mengidentifikasi strategi alternative yang memungkinkan, termasuk di dalamnya
peralatan untuk melengkapi tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung
rugi berbagai latar dan strategi yang digunakan.[6]
Uraian
tersebut, memperjelas bahwa perencanaan berkaitan dengan pemilihan dan
penentuan kebijakan tertentu. Harjanto memberi komentar terhadap pendapat
Kaufman bahwa perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus
melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara
efektif dan efesien. Harjanto menyatakan bahwa perencanaan mengandung enam
pokok pikiran yaitu, pertama perencaaan melibatkan proses penentapan keadaan
masa depan yang diinginkan. Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan
dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.Keempat, uasaha
untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai usaha dan
alternative.Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini
mencakup efektifitas dan efesiensi.Keenam, alternative yang sudah dipilih
hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan
kebijakan.[7]
Beeby
C.E sebagaimanan dikutip oleh Asnawir menyatakan bahwa perencanaan pendidikan
adalah penerapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, ekonomi dan
politik, potensi system untuk berkembang, kepentingan Negara dan pelayanan
masyarakat yang mencakup dalam system tersebut.[8]
Dari
kutipan tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan aplikasi dari pemikiran yang tersusun untuk
mencapai keinginan bersama.Dengan demikian perencanaan yang di susun merupakan
konsep yang aplikatif dan oprasional.Dapat juga merupakan aktifitas untuk
mengambil keputusan. Hal senada juga dikatakan oleh George R. Terry bahwa perencanaan merupakan aktifitas pengambilan keputusan
tentang apa yang harus dilakukan, di mana, kapan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang akan melakukan, sehingga tercapainya tujuan yang dinginkan.[9]
Dengan
demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab
terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama.Aktifitas
tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif.Hal
ini dapat dipahami dari pendapat George R. Terry tersebut. Di sisi lain, perencanaan dapat
dikatrakan sebagai usaha mencari penangggungjawab terhadap berbagai rumusan
kebijakan untuk dilaksanakan bersama sesuai dengan bidang masing-masing.
Asnawir
menyatakan perencanaan adalah kegiatan yang harus dilakukan padatingkat
permulaan, dan merupakan aktifitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan
yang tertuju pada tercapainya maksud dan tujuan yang ingin dicapai.[10]
Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk merencanakan segala kegiatannya.” Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18).
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perlunya perencanaan untuk
masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat
maupun sebagai pemimpin Negara.
Allah
sebagai pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah
adalah Maha Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi
inspirasi bagi umat islam terutama para manajer. Karena pada dasarnya manajer
yang harus mempunyai banyak konsep tetang manajemen termasuk di dalamnnya
perencanaan pemimpin yanb adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun
kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama.Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang
baik dan matang. Menurut Soejitno Irmin dalam buku Kepmimpinan Melalui Asmaul Husnamenyatakan
bahwa perencanaan merupakan proses kegiatan yang tertata rapiyang bertahap dan
bekelanjutan.[11]
Dari
kutipan tersebut dapat dicermati bahwa perencanaan adalah proses yang
berkelanjutan, bertahap dan tertata
rapi. Artinya perencanaan tidak bersifat mutlak, kaku tetapi ada peluang untuk
perbaikan dan sisipan kebijakan baru. Dengan demikian perencanaan adalah proses
yang berkelanjutan dalam rangka menyempurnakan aktifitas untuk mewujudkan
tujuan bersama.
Menurut Coom dalam
definisi perencanaan pendidikan dibahas paling tidak tempat hal sebagai
berikut: pertama tujuan, apakah yang akan dicapai dengan perencanaan itu?
Kedua, status posisi system pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang ada
sekarang?Ketiga, kemungkinan pilihan alternative kebijakan dan prioritas untuk
mencapai tujuan.Keempat, strategi.
Dari
beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa unsure penting yang
terkandung dalam perencanaan pendidikan, yaitu Pertama penggunaan analisis yang
bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, termasuk di
dalamnya metodologi dalam perencanaan.Kedua, proses pembangunan dan
pengembangan pendidikan.Artinya adalah perencanaan pendidikan dilakukan dalam
rangka perbaikan pendidikan atau reformasi pendidikan.Ketiga prinsip
efektifitas dan efesien, artinya dalam perencanaan pendidikan perlu dipikirkan
aspek ekonomis.Keempat kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat,
regional, nasional dan internasional, artinya perencanaan lembaga pendidikan
hendaknya mencakup aspek internal dan eksternal dari organisasi sistem lembaga
pendidikan.[12] Dengan demikian perencanaan pendidikan sekedar untuk
internal lembaga pendidikan, anak didik, lebih
dari itu pertimbangan lingkungan masyarakat sebagai pengguna sekaligus penerima
hsil perlu dipertimbangkan, termasuki juga kebutuhan regional, nasional dan
internasional, ini artinya adalah menyusun perencanaan hendaknya bersifat
universal untuk jangka pendek dan jangka panjang yang kesemuanya bermuara
kepada kebutuhan dan tujuan universal.
B. Unsur-Unsur dan Syarat-Syarat
Menyusun Perencanaan.
Perencanaan
membutuhkan pemkiran yang mendalam dengan pemikiran yang mendalam akan membantu
proses perencanaan yang akan
buat. Pemikiran tersebut dilandasi dengan keikhlasan dan keinginan untuk
merencanakan suatu sebuah perencanaan bersama. Lebih dari dalam proses
perencanaan hendaknya memperhatikan pendapat dan
aspirasi bersama, Islam menurut Asnawir dalam bukunya Manajemen Pendidikan, paling tidak dalam menyusun
perencanaan pendidikan, termasuk perencanaan pendidikan Islam, perlu memperhatikan empat unsur, pertama
tujuan hendaknya jelas, yangtercakup perumusan sasaran untuk mencari solusi dari
problem yang ada. Kedua, menetapkan teknik pengumpulan dan pengolahan data.
Ketiga, berorentasi ke masa depan yang bersifat prediksi. Keempat, adanya kegiatan yang tersusun,
terangkai untuk mencapai tujuan.[13] Keempat unsur tersebut hendaknya
menjadi perhatian bagi manajer sebelum menyusun perencanaan.Hal ini perlu karena berhubungan dengan kualitas, efektifitas dan efesiensi
dalam isi kebijakan yang tersusun dalam perencanaan.
Selanjutnya
selain memperhatikan unsur-unsur tersebut pelu diperhatikan syarat-syarat dalam
menyusun perencanaan, yaitu pertama, perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam
hendaknya memperhatikan dan didasarkan kepada tujuan yang jelas.Kedua, dalam
perencanaan hendaknya mengutamakan aspek kesederhanaan, realistis dan
praktis.Ketiga, terinci dan memuat segala
uraian, klasifikasi kegiatan dan rangkaian kegiatan sehingga memudahkan
pelaksanaan serta memedomaninya.Keempat, memperhatikan fleksibilitas sehingga
mudah beradaptasi dengan keadaan, kebutuhan dan kondisi dan situasi.Kelima,
menghindari duplikasi dalam pelaksanaannya.[14]Dari
uraian tersebut tergambar bahwa perencanaan dilakukan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan, di sisi lain, perencanaan di susun berdasarkan prioritas, efektif
dan efesien.
Perencanaan
menurut Asnawir adalah kegiatan yang harus dilakukan pada tingkat permulaan,
lebih dari itu perencanaan merupakan aktifitas pemikiran,Pemilihan rangkaian tindakan yang mengarah
kepada tercapainya tujuan yang ingin diraih. Menurut Asnawir langkah –langkah
perencanaan hendaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:[15] Pertama, menentukan dan merumuskan
tujuan yang hendak dicapai. Kedua, meneliti masalah-masalah atau
pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. Ketiga, mengumpulan data atau
informasi-informasi yang diperlukan.Keempat menentukan tahap-tahap atau
rangkaian tindakan. Kelima, merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan
dipecahkan, dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan tersebut di selesaikan. Keenam,
menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan dari
tindakan tersebut. Ketujuh, menentukan cara bagaiman mengadakan perubahan dalam
penyusunan rencana.
Ketujuh
hal perlu mendapat perhatian dari para
menejer yang akan menyusun perencanaan. Jika tidak diperhatian, maka rencana
yang disusun dianggagagal.Kegagalan tersebut kemungkinan lebih besar jika dibandingkan
dengan perencanaan yang memperhatikan ketujuh hal tersebut.Dengan demikian
ketujuh hal tersebut hendaknya menjadi perhatian para penyusun perencanaan agar
tercapai tujuan.bersama. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian dalam
menyusun perencanaan adalah jelasnya tujuan yang ingin dicapai, jelasnya tujuan
yang kan dicapai, jelasnya potensi yang ada dan yang diharapakan, perlu
keseimbangan, kesinambungan, koordinasi, keutuhan, data yang tepat dan
menyeluruh serta adanya fleksibilitas.[16]
Hal
lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut; pertama
perencanaan pendidikan hendaknya mengutamakan nilai- nilai manusiawi, karena
pada dasarnya pendidikan membangun manusia. Kedua perencanaan pendidikan
hendaknya memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta
didik seoptimal mungkin.Ketiga perencanaan pendidikan hendaknya memberikan
kesempatan yang kepada peserta didik.Keempat, perencanaan pendidikan hendaknya
menyeluruh dan sistematis terpadu serta tersusun logis dan rasional.Kelima,
perencanaan pendidikan hendaknya bereorientasi kepada pembangunan sumber daya
manusia.Keenam, perencanaan pendidikan hendaknya dikembangkan dengan
memperhatikan keterkaitan dengan berbagai komponen pendidikan secara
sistematis.Ketujuh, perencanaan pendidikan hendaknya menggunakan sumber daya
secermat mungkin karena sumber daya yang tersedia langka. Kedelapan,
perencanaan pendidikan hendaknya beroreintasi kepada masa datang, karena
pendidikan adalah proses jangka panjang yang kesemua itu untuk menghadapi masa depan. Kesembilan,
perencanaan lembaga pendidikan hendaknya responsif terhadap kebutuhan yang
berkembang di tengah masyarakat.Kesepuluh, perencanaan lembaga pendidikan
hendaknya sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan
terus menerus.[17]
Dari
kutipan tersebut tergambar dengan jelas bahwa perencanaanm lembaga pendidikan
Islam sangat rumit.Dengan demikian perencanaan tidak dapat dilakukan tanpa
adanya pemikiran yang matang komprehensif dan rasional.Untuk itu perhatian
terhadap langkah-langkah perencanaan dan segala yang berkaitan dengan
perencanaan penting bagi para manajer.
Paling
tidak dalam penyusunan
perencanaan hendaknya memenuhi hal tersebut, jika hal tersebut tidak dilalui
maka ada kemungkinan renaca yang telah dibuat akan sulit untuk di realisasikan.
Dengan demikian untuk menghindarkan dari kegagalan dalam menyusun perencanaan,
langkah terbaik adalah menggunakan langkah-langkah yang telah teruji
kebenarannya dalam menyusun perencanaan.
C. Ciri-ciri perencanaan lembaga pendidikan Islam
Ciri perencanaan lembaga pendidikan Islam
adalah sebagai berikut: pertama, perencanaan pendidikan adalah suatu proses
intelektual yang berkesinambungan dalam mengananlisis, merumuskan dan menimbang
serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harusmempunyai konsistensi
internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain.
Kedua perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi,
dan tujuan, keadaan perekonomian, keperluan penyediaan dan pengembangan tenaga
kerja bagi pembangunan nasional serta memperhatikan factor sosial politik
merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan yang menyeluruh. Ketiga,
tujuan perencanaan pendidikan adalah menyusun kebijaksanaan dan mengggariskan
strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menjadi dasar
pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang. Keempat perencanaan pendidikan sebagai
perintis atau pelopor dalam kegiatan pembangunan hendaknya memperhatikan masa
depan dan bersifat inovatif, kuantitatif dan kualitatif. Kelima, perencanaan
pendidikan selalu memperhatikan dan menganalisa factor ekologi, baik internal
maupun eksternal.[18]Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dapat dipahami dalam kontek pelaksanaannya tidak dapat
diukur dan dinilai secara instant dan cepat, tetapi membutuhkan waktu yang
lama, terutama yang bersifat kualitatif.Kenapa membutuhkan waktu yang
lama?Karena pendidikan adalah sebuah pranata, pranata social yang hasilnya
membutuhkan waktu yang lama.
D. Jenis –Jenis Perencanaan
Menurut
Asnawir ada tujuh jenis-jenis perencanaan,[20]yang kesemua itu dilihat dari sudut pandang berbeda,
di antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah;
Dilihat dari segi waktu, dari segi waktu perencanaan
dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama perencanaan jangka panjang, yang
termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang waktu sepuluh sampai
tiga puluh tahun.Perencanaan jangka panjang ini bersifat umum, dan belum
terperinci. Kedua, perencanaan jangka menengah, jangka menengah biasanya
mempunyai jangka waktu antara lima sampai sepuluh tahun. Ketiga, perencanaan
jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antar satu tahun
sampai lima tahun. Dilihat dari segi sifatnya perencanaan dibagi menjadi dua
yaitu pertama, perencanaan
kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan
sasaran dinyatakan dengan angka-angka.Kedua, perencanaan kualitatif adalah
perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
Perencanaan dari segi
luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi luas wilayah dapat dibagi
menjadi empat, yaitu pertama perencanaan local, yaitu perencanaan yang disusun
dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang ada di daerah-daerah dengan sifat yang
terbatas. Kedua, perencanaan regional adalah perencanaan yang ditetap[kan di
tingkat propinsi.ketiga, perencanaan nasional, adalah perencanaan di suatau
Negara dan dijadikan dasar untuk perencanaan local dan regional. Keempat,
perencanaan internasional yaitu perencanaan oleh bebebrapa Negara yang melewati
batas-batas suatu negara yang dilaksanakan melalui dari Negara-negara tersebut.
Perencanaan
dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu pertama, perencanaan makro
yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas.Kedua
perencanaan mikro adalah perencanaan
yang ditetapkan dan di susun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.Dari segi
prioritas pembuatnya perencanaan dapat dibagi menjadi tiga, pertama perencanaan
sentralisasi, yaitu perencanaan yang
ditentukan oleh pemerintah pusat pada suatu Negara.Kedua perencanaan desentralisasi
yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah. Ketiga perencanaan
dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan
desentralisasi.
Dari
segi obyek perencanaan dibagi menjadi dua: pertama perencanaan rutin yaitu perencanaan
yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap tahun. Kedua
perencanaan eksendental, yaitu perencanaan yang di susun sesuai dengan
kebutuhan yang mendesak pada saat tertentu.Dari segi proses, perencanaan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok,
pertama perencanaan filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya
berupa konsep-konsep dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan
penafsiran-penafsiran dalam bentuk program. Kedua, perencanaan programial
adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal.Ketiga
perencanaan operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.
E. Rencana Startegi Dalam Lembaga Pendidikan Islam
Perencanaan
strategi adalah usaha sistematis formal dari suatu perusahaan untuk memperjelas sasaran utama,
kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik adalah
proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kbijakan, dan
program yang perlu untuk mencapai tujua tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut
perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategic adalah
sebagai berikut: pertama pendekatan dari atas ke bawah, biasanya dibuat oleh
prusahaan yang bersifat sentralisasi. Kedua pendekatan dari bawah, yaitu metode
rancangan perencanaan darai bawah ke atas.Ketiga pendekatan interkatif adalah
pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara terus
menrus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para staf
pusat dan divisi-divisi. Keempat pendekatan perencanaan secara tim adalah
pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada perusahaan kecil dan bersifat
sentralisasi. Kelima pendekatan tingkat ganda adalah pendekatan strategi
dirumuskan secara independen pada tingkat korporasi dan pada tingkat unit bisnis.
Dalam
perencanaan strategic dalam diambil contoh adalah perencanaan strategic di
perguruan tinggi agama Islam. Di antara kondisi obyektifnya adalah, pertama profil Pergururn Tinggi Agam
Islam,meliputi bidang kelembagaan, bidang ketenagaan, kurikulum, perpustakaan,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaaan, sarana dan prasarana
pendidikan. Kedua kekuatan yang tersedia, meliputi kelembagaan letak geografis,
factor hsitoris ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan
danpengabdian masyarakat. Ketiga kelemahan-kelemahan yang masoih dipunyai,
meliputi persepsi masyarakat, tradisi akademis dan etos kerja, pendanaan,
pengembangan sumber daya manusia,otonomi lembaga, ketenagaan, perpustakaan,
penelitian, penerbitan, dan pengabdian masyarakat, sarana dan prasarana.
Keempat beberapa peluang yang meliputi kelembagaan, ketenagaan, kurikulum,
perpustakaan, penelitian, penerbitan, dan pengabdian kepada masyarakat,
kemahasiswaan, saran dan parsarana.Kelima, tantangan meliputi kelembagaan, ketenagaan,
kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan dan pengabdian kepada
masyarakat, kemahasiswaan, sarana dan prasarana.
Di samping itu perlu
diuraikan tahap-tahap strategi seperti arah pengembangan, strategi
pengembangan, tahap-tahap pengembangan, selanjutnya bahan-bahan seperti
informasi, data yang berkaitan dengan perencanaan masih perlu diuraikan lebih
lanjut.
. F.
Pentingnya Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan
mempunyai posisi yang penting dalam sebuah organisasi, tanpa adanya perencanaan
maka jalannya organisasi tidak jelas arah dan tujuannya. Oleh karena itu
perencanaan penting karena :
a.
Dengan adanya perencanaan diharapan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan.
b.
Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting )
terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
c.
Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang
cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
d.
Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas.
e.
Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan atau evaluasi kerja
Dengan
demikian perencanaan mempunyai peranan penting dalam organisasi publik maupun
dalam organisasi yang bersifat pribadi. Dengan adanya perencanaan akan
dimungkinkan untuk memprediksi kerja dimasa yang akan datang, bahkan akan mampu
memprediksi kemungkinan hasil yang akan dicapai.
Disamping arti penting perencanaan
pendidikan sebagaimana disebut di atas, perencanaan pendidikan yang baik juga
dapat:
1. Meningkatkan
kualitas kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara maksimal, baik
menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini disebabkan seluruh
aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang telah disusun
dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik dan integral.
2. Mengetahui
beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan
secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan
yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan, suatu
perencanaan pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang beberapa peluang
dalam mencapai tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan yang akan muncul,
serta strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut.
3. Memberi
peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan,
keahlian atau ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan
layanan pendidikan.
4. Memberikan
kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa alternatif pilihan
tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan
perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
5. Memudahkan
dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan pendidikan yang baik
selalu dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan program layanan pendidikan
(jangka pendek, menengah dan panjang), disamping itu telah disusun skala
prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai.
6. Memudahkan
dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian tujuan layanan
pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan pendidikan yang baik
selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan dan instrumen apa yang
dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.
7. Memudahkan
dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses penyusunan
perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan perkembangan
kehidupan sosial-budaya[7]
G.
Tingkatan
Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan
pendidikan disusun secara bertingkat, dimana masing-masing tingkatan memiliki
tujuan masing-masing yang saling mendukung, tingkatan perencanaan ini dapat
dibedakan menjadi:
a.
perencanaan pendidikan makro, yaitu perencanaan pendidikan yang bersifat
nasional atau sering disebut dengan perencanaan pendidikan nasional, yang
berlaku di seluruh negara kesatuan RI dari jenjang pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Perencanaan pendidikan makro ini disebut juga dengan ‘sistem
pendidikan nasional (Sispenas);
b.
perencanaan pendidikan mikro, yaitu perencanaan pendidikan yang disusun dan
disesuaikan dengan kondisi otonomi daerah masing-masing. Dalam perencanaan
pendidikan mikro, secara teknis perlu memperhatikan:
1) ketentuan/ standar;
2) kondisi geografis dan
demografis; dan
3) infrastruktur yang ada di
daerah,
sedangkan secara non teknis perlu
memperhatikan:
1) aspirasi dan peran serta
masyarakat terhadap pendidikan;
2) kondisi sosial, ekonomi, budaya,
politik dan kamanan daerah;
c.
perencanaan pendidikan sektoral, yaitu kumpulan program atau kegiatan
pendidikan yang menekankan pada sektor tertentu, namun tetap ada keterkaitan
dengan sektor lainnya;
d.
perencanaan pendidikan kawasan, yaitu perencanaan pendidikan yang memperhatikan
kawasan lingkungan tertentu sebagai pusat kegiatan pendidikan, misalnya
perencanaan pendidikan kawasan pesisir, kawasan pinggiran kota;
e.
perencanaan pendidikan proyek, yaitu perencanaan operasional yang menyangkut
implementasi kebijakan untuk mencapai tujuan, misalnya perencanaan proyek unik
sekolah baru SMK.[8]
H. Langkah-Langkah
Perencanaan Pendidikan Islam
Perencanaan
merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada tingkat permulaan dan merupakan
aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada
tercapainya maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun langkah-langkah
perencanaan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Menentukan dan merumuskan tujuan
yang hendak dicapai
b.
Meneliti masalah-masalah atau
pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan
c.
Mengumpulkan data-data atau
informasi-informasi yang diperlukan
d.
Menentukan tahapan-tahapan atau
rangkaian tindakan
e.
Merumuskan bagaimana masalah -
masalah akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu harus
diselesaikan
f.
Menentukan siapa yang akan
melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan dari tindakan tersebut
g.
Menentukan cara bagaimanamengadakan
perubahan dalam penyusunan rencana[9]
Sedangkan
menurut Banghart and Trull sebagaimana yang dikutip oleh Udin Syaifuddin Sa’ud,
ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan
pendidikan, antara lain:
a.
Tahap need assessment,
yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang diperlukan
dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan
pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan
masukan tentang:
(1) pencapaian program
sebelumnya;
(2) sumber daya apa yang
tersedia, dan
(3)
apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
b. Tahap formulation
of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang
hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada
visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment)
layanan pendidikan yang diperlukan.
c. Tahap policy
and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas kebijakan
apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan
ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d. Tahap program
and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan
kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada
aspek akademik dan non akademik.
e. Tahap feasibility testing,
yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya
internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila perencanaan
disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan
menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
f. Tahap plan implementation,
yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh:
(1)
kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah,
karyawan, dan siswa);
(2)
iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim
kerja (team work) yang handal; dan
(3)
kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan
atau implementasi program layanan pendidikan.
g. Tahap evaluation and
revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi)
tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan,
sebagai feedback(masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan
revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Selanjutnya
dalam menyusun perencanaan harus diperhatikan syarat-syarat sebagaiberikut :
a. Perencanaan
harus didasarkan atas tujuan yang jelas
b. Bersifat
sederhana, realistis dan praktis
c. Terinci
dan memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan,
sehingga mudah dipedomani dan dijalankan
d. Memiliki
fleksibelitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi dan
situasi
e. Diusahakan
agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaan[10]
I. Bentuk-Bentuk
Perencanaan Pendidikan Islam
Menurut
Asnawir ada tujuh jenis-jenis perencanaan,yang kesemua
itu dilihat dari sudut pandang berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan tersebut
adalah;
a. Dilihat
dari segi waktu, dari segi waktu perencanaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Perencanaan
jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang
waktu 10 sampai 30 tahun. Perencanaan jangka panjang ini bersifat umum, dan
belum terperinci.
2) Perencanaan
jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara 5
sampai 10 tahun.
3) Perencanaan
jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antara 1 tahun sampai
5 tahun.
b. Dilihat
dari segi sifatnya perencanaan dibagi menjadi dua yaitu :
1). Perencanaan kuantitatif, yang
termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan sasaran dinyatakan
dengan angka-angka.
2). Perencanaan kualitatif adalah
perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
c.
Perencanaan dari segi luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi
luas wilayah dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1).
Perencanaan lokal, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh
lembaga-lembaga yang ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas.
2)
Perencanaan regional adalah perencanaan yang diteta[kan di tingkat propinsi
3).
Perencanaan nasional, adalah perencanaan di suatau negara dan dijadikan dasar
untuk perencanaan lokal dan regional.
4).
Perencanaan internasional yaitu perencanaan oleh beberapa negara yang melewati
batas-batas suatu negara yang dilaksanakan melalui wakil-wakil dari
negara-negara tersebut.
d.
Perencanaan dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu:
1).Perencanaan
makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas.
2)
Perencanaan mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di susun berdasarkan
kondisi dan situasi tertentu.
e.
Dari segi prioritas pembuatnya perencanaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1).Perencanaan
sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada
suatu negara.
2).Perencanaan
desentralisasi yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah.
3).
Ketiga perencanaan dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi
dengan desentralisasi.
f.
Dari segi obyek perencanaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1). Perencanaan rutin yaitu
perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap
tahun.
2). Perencanaan eksendental, yaitu
perencanaan yang di susun sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada saat
tertentu.
g. Dari segi proses, perencanaan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
1).Perencanaan
filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa konsep-konsep
dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran dalam
bentuk program.
2).Perencanaan
programial adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal.
3).Perencanaan
operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.[11]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Uraian tentang perencanaan
pendidikan tersebut di atas dapat diambil pokok-pokok kajian sebagai kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama,
bahwa konsep yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan, paling
tidak mengandung lima hal, yaitu: (a) suatu rumusan rancangan kegiatan
yang ditetapkan berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan; (b) memuat
prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan; (c)
merupakan alat kontrol pengendalian perilaku warga satuan pendidikan; (d)
memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada
peserta didik; dan (e) menyangkut masa depan proses pengembangan dan
pembangunan pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.
Kedua,
manfaat perencanaan pendidikan adalah dapat digunakan sebagai: (a) standar
pelaksanaan dan pengawasan proses layanan pendidikan; (b) media pemilihan
berbagai alternatif langkah strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya
pencapaian tujuan pendidikan; (c) media mengefisiensikan dan mengefektifkan
pemanfaatan beragam sumber daya lembaga pendidikan; (d) media untuk memudahkan
dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait,
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan; dan (e) alat dalam
mengevaluasi pencapaian tujuan proses layanan pendidikan.
Ketiga, beberapa
tahapan yang semestinya harus dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan,
antara lain: (a) tahap need assessment; (b)
tahap formulation of goals and objective; (c)
tahap policy and priority setting;(d)tahap program
and project formulation; (e) tahap feasibility testing;
(f) tahap plan implementation; dan (g)
tahap evaluation and revision for future plan.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN
IB Press, 2006
B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,Jakarta:
Bumi Aksara, 2006
Cuningham, William G, Systematic Planing for Education Change,
first Edition, California:
Mayfield Publisihing, 1982
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Irmin, Soejitno, Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna,
Jakarta: Batavia Press, 2005
Makmun, Abin Syamsuddin, dan Saud,
Udin Syaefudin, Perencanaan
Pendidikan, Bandung: Rosda Karya:2007
Sagala,syaiful, 2007, Managemen Strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan;Alpabeta,
Bandung.
Usman, Husaini, 2006, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan; Bumi Aksara, Jakarta.
Tim UPI, 2007, lmu dan aplikasi Pendidikan, Ilmu Pendidikan Praktis ;
Intitama, Bandung.
Harjanto, 2008. Perencanaan pengajaran ; Rineka Cipta,Jakarta.
Kamarga, Hansaswany, Perencanaan pengajaran sejarah, presentasi ;Internet
Investorword,com ,Internet
0 komentar:
Posting Komentar